Trunk Show - Exhibition - Workshops
Trunk Show photos by Ferry Kana
Makeup & Hairdo by Wardah Cosmetics
Venue supported by Alun Alun Indonesia
Models : The "real women" of FSRD ITB (Fine Arts & Design Faculty, Bandung Institute of Technology) class of 1994-1991
Live performace by : West Java Syndicate
Dalam rangka memperingati Hari Kartini di bulan April 2017, Indische menggelar kegiatan bertajuk “Handmade in Indonesia : Boundless Inspiration” yang dilaksanakan pada tanggal 31 Maret hingga 13 April 2017 (2 minggu) di Alun-alun Indonesia (Grand Indonesia, Jakarta), dengan program acara berupa workshops, trunk show, dan pameran produk.
Tujuan dari acara ini sebenarnya bukan hanya untuk sekedar merayakan Hari Kartini, tetapi saya ingin merayakan besarnya potensi warisan budaya Kebaya dan Sarung. Menurutku, apresiasi masyarakat Indonesia terhadap fashion bernuansa etnik sudah cukup besar, tapi masih beberapa hal yang dirasa masih perlu dilakukan. Maka dari itu, rangkaian acara ini merupakan satu kesatuan yang saling mengisi dan bukan hanya sekedar promosi, yaitu :
- Edukasi konsumen : mengajarkan konsumen (lokal maupun asing) untuk dapat membedakan batik tulis & cap vs. print, bordir tangan vs. komputer, kemudian membedakan tekstil katun, rayon, sutera, polyester dsb. Hal ini sangat penting demi kelanjutan industri kreatif kita khususnya tekstil tradisional agar konsumen mampu menghargai tekstil tradisional dengan benar sesuai masing-masing kualitasnya yang sangat berragam. Namun agar menarik, workshop dikemas dengan pengenalan “ethnic styling” yang menyenangkan dan bermanfaat secara langsung bagi konsumen, yaitu berupa tutorial berkain serta pengenalan jenis-jenis kebaya klasik dan kontemporer.
- Pameran & Trunk Show : untuk semakin membuka wawasan konsumen akan luasnya pilihan fashion bertema etnik, dan meyakinkan bahwa style ini bisa cocok untuk semua orang. Sosialisasi mix-n-match dengan berbagai macam asesoris juga diperlukan agar konsumen semakin kreatif dalam styling
- Workshop mendesain motif kebaya : mengajak keterlibatan masyarakat awam dalam mendesain sendiri kebaya yang mereka inginkan. Secara tidak disadari, ini menjadi media untuk memfasilitasi bergeraknya kultur berkebaya seiring perkembangan jaman.
Besar harapanku, acara ini menjadi langkah awal yang membangkitkan antusiasme berbagai pihak untuk dapat mendukung program kegiatan serupa yang akan berkontribusi dalam kemajuan industri kreatif di Indonesia, khususnya fashion yang memanfaatkan tekstil tradisional.
Seperti biasa, saya paling senang membuat acara yang melibatkan teman sendiri… kenapa? Pertama, rancangan saya lebih “hidup” kalau dipakai oleh “real women of different shapes and characters”. Kali ini saya mengajak teman-teman sealmamater, ibu-ibu pelaku kreatif lulusan Seni Rupa ITB angkatan 91 hingga 94 (alias sudah berumur 40an). Kedua, ini bentuk apresiasiku kepada teman-teman semua karena dari awal sekali saya memulai berkarya, merekalah yang selalu support saya, dari yang rutin order, mengajak kerjasama event, sampai ada yang membantu memasarkan. So this reunion is for them. Yes I am damn lucky to have the best of friends, dan ini bukan untuk pertama kalinya. 2 tahun yang lalu, saya membuat photo shoot dengan melibatkan 26 teman masa SMA, yang juga tidak kalah asik hasilnya. Lihat di sini : 26 Perempuan, 26 Tahun Kebersamaan, Rayakan Aneka Warna Perempuan Indonesia.
\